Sabtu, 20 Oktober 2012

Rumah Minahasa

Sejarah Rumah Minahasa




Sejarah dan Perkembangan dari Masa ke Masa
Rumah adat tradisional Minahasa yang dikenal dengan sebutan Wale atau Bale, yang artinya tempat melakukan aktivitas dalam kehidupan berkeluarga. Berlandaskan filosofi masyarakat Minahasa, Rumah Panggung Manado atau Rumah Minahasa yang berasal dari Desa Woloan, memiliki dua tangga di serambi depan. Tangga di kiri dan kanan bagian depan rumah itu berperan khusus saat terjadi pinangan secara adat. Pihak lelaki yang hendak meminang si gadis yang tinggal di rumah itu, harus masuk ke rumah dengan menaiki tangga yang kiri. Jika kita melihat keluarga si lelaki keluar dari rumah dengan menuruni tangga yang kanan, itu artinya pinangan mereka diterima oleh tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun melewati tangga yang kiri lagi, yang mereka pakai untuk naik ke rumah panggung itu, artinya pinangan mereka ditolak pihak tuan rumah.
Ciri utama rumah tradisional ini berupa Rumah Panggung dengan 16 sampai 18 tiang penyangga. Beberapa abad lalu terdapat rumah tradisional keluarga besar yang dihuni oleh enam sampai sembilan keluarga. Masing-masing keluarga merupakan rumah tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus ekonomi rumah tangga sendiri. Kini, jarang ditemui rumah adat besar seperti ini. Pada umumnya susunan rumah terdiri atas emperan (setup), ruang tamu (leloangan), ruang tengah (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan (setup) berfungsi untuk menerima tamu terutama bila diadakan upacara keluarga, juga tempat makan tamu.
Sementara itu, di bagian belakang rumah terdapat balai-balai yang berfungsi sebagai tempat menyimpan alat dapur dan alat makan, serta tempat mencuci. Bagian atas rumah atau loteng (soldor) berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti jagung, padi dan hasil lainnya. Bagian bawah rumah (kolong) biasanya digunakan untuk gudang tempat menyimpan papan, balok, kayu, alat pertanian, gerobak dan hewan peliharaan.
Uniknya, rumah warga di Minahasa tak beratapkan genteng. Karena folosofi yang dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah (genteng terbuat dari tanah). Rata-rata rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen besi lainnya. Mereka beranggapan hanya orang meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah tanah. Sekali pun ada yang beratapkan genteng, umumnya rumah tersebut milik kaum pendatang. Meskipun demikian, banyak juga rumah orang Minahasa yang beratapkan seng namun didesain seperti genteng.
Yang pertama kali mempoluperkan rumah panggung Minahasa yang memakai sistem bongkar pasang (knock down system) adalah Paulus Tiow, warga Woloan, tahun 1942 silam. Ide membuat rumah ini terurai setelah rumah adat Minahasa miliknya dibeli oleh seorang serdadu Jepang.  Sejak saat itu Paulus mulai memproduksi rumah adat Minahasa untuk dijual. Jejak Paulus kemudian diikuti oleh Beting Motulo.
Pemasaran rumah adat ini berkembang antara tahun 1960 sampai dengan 1980, tapi masih sebatas daerah Minahasa saja. Baru setelah di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta berdiri rumah adat Minahasa pada tahun 1980an, pesanan dari beberapa orang dari pulau Jawa dan luar negeri mulai berdatangan.  Bahan baku utama dari Rumah Adat ini terdiri atas, kayu besi untuk rangka, kayu nyantoh untuk lantai, plafon dan kayu cempaka untuk dinding.
Saat ini pesanan rumah kayu panggung Manado datang dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Rumah Panggung kayu Manado dewasa ini bisa berfungsi sebagai tempat tinggal, sebagai villa, cottage, gazebo, restaurant. Anda juga bisa memberikan rumah ini sebagai hadiah kepada orang yang anda cintai, apakah itu dalam bentuk Gazebo, Rumah Panggung, Cottage, Bungalow atau Rumah Villa melalui paket peti kemas yang dikirimkan dari desa Woloan, Kabupaten Minahasa sebagai daerah asal rumah adat Rumah Panggung Manado.
Sebagai penerus warisan budaya leluhur Orang Minahasa, kami berusaha melestarikan budaya peninggalan nenek moyang “Tou Minahasa” melalui usaha pembuatan Rumah Kayu Knock- Down Minahasa agar supaya warisan budaya ini tidak hilang ditelan zaman dan masih bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.